Sabtu, 30 April 2016

Contoh Kasus Cybercrime di Luar Negri



1.      Kevin Mitnick versus Publik Amerika Serikat

Bagaimana dengan negara lain? Amerika serikat sudah punya serangkaian aturan hukum yang mampu menjerat pelaku cybercrime dengan lebih ampuh lagi. Bagi pegaul dunia maya, nama Kevin Mitnik tentu tidak asing lagi. Sampai sekarang nama Mitnick masih cukup populer bagi kalangan underground tanpa kenal batas negara. Kevin Mitnik ditangkap FBI tanggal 15 Februari 1995 dengan tuduhan telah melakukan beberapa computer crime maupun cybercrime.


Ia sudah mengakui empat kasus wire fraud, dua kasus computer fraud dan sebuah kasus penyadapan komunikasi lewat kabel. Tidak tanggung-tanggung, ulah Mitnick telah memakan korban berbagai perusahaan besar seperti Motorola, Nokia, Fujitsu, Novell, NEC, Sun Microsystems, Colorado SuperNet, Netcom On-Line Services, The University of Southern California.

Tanggal 27 Juni 1997 Mitnick didakwa tahap pertama oleh Hakim Mariana R. Pfaelzer selama 22 bulan hukuman penjara. Dan akhirnya pada tanggal 9 Agustus 1999, Hakim Mariana R. Pfaelzer memberikan keputusan final bagi Mitnick. Hakim memutuskan hukuman tambahan 46 bulan bagi Mitnick dan denda ganti rugi sebesar $ 4,125.

Mitnick dibebaskan tanggal 21 Januari 2000 setelah dipenjara selama 4 tahun, 11 bulan, dan 6 hari. Setelah dibebaskan, selama 3 tahun Mitnick berada di bawah pengawasan pihak berwenang dan harus membayar denda. Selama masa itu, Mitnick tidak boleh menggunakan dan mengakses segala jenis peranti keras maupun peranti lunak komputer. Begitu juga, Mitnick tidak boleh mengakses segala jenis komunikasi nirkabel.

Mau tahu berapa banyak pasal yang menjerat seorang Mitnick di Amerika Serikat?

- 18 U.S.C. § 1029: Possession of Unauthorized Access Devices; Penggunaan peralatan akses secara ilegal
- 18 U.S.C. § 1030(a)(4): Computer Fraud; Pelanggaran komputer
- 18 U.S.C. § 1030(a)(5): Causing Damage To Computers; Menimbulkan kerusakan pada komputer
- 18 U.S.C. § 1343: Wire Fraud; Interception of Wire or Electronic Communications; Pelanggaran

(komunikasi) kabel, penyadapan lewat kabel atau alat komunikasi elektronik
- 18 U.S.C. § 2(a): Aiding and Abetting; Membantu kejahatan atau melakukan persekongkolan
- 18 U.S.C. § 2(b): Causing and Act to be Done; Menjadi dalang kejahatan

Masih ada lagi pasal-pasal lain seperti:
Undang-undang yang mengatur masalah computer intrusion (pembobolan jaringan komputer) di Amerika Serikat:

- 18 U.S.C. § 1029. Fraud and Related Activity in Connection with Access Devices
- 18 U.S.C. § 1030. Fraud and Related Activity in Connection with Computers
- 18 U.S.C. § 1362. Communication Lines, Stations, or Systems
- 18 U.S.C. § 2510 et seq. Wire and Electronic Communications Interception and Interception of Oral Communications
- 18 U.S.C. § 2701 et seq. Stored Wire and Electronic Communications and Transactional Record Access
- 18 U.S.C. § 3121 et seq. Recording of Dialing, Routing, Addressing, and Signaling Information.

Bayangkan betapa kompleksnya aspek hukum yang berhasil menahan Kevin Mitnick. Sangat jauh dengan pasal yang menjerat seorang Dani di Indonesia. Memang aksi cybercrime yang dilakukan Mitnick jauh lebih parah ketimbang Dani. Namun setidaknya ini bisa memberi gambaran betapa negara yang diisukan menganut azas kebebasan seperti Amerika Serikat punya aturan hukum yang cukup detail untuk menjerat warganya.


2.      John Zuccarini versus Publik Amerika Serikat

Katakanlah yang dilakukan Mitnick masih belum terlalu parah imbasnya bagi publik. Lalu bagaimana dengan aksi seorang John Zuccarini yang terkenal sebagai pelaku cybercrime pornografi?


Zuccarini tercatat sebagai pelaku tindak pornografi di dunia maya yang pertama kali dimejahijaukan. Lelaki usia 53 tahun tersebut memiliki sebuah situs porno. Ia dengan sengaja memikat anak-anak di bawah umur untuk mengakses situs tersebut. Situs milik Zuccarini cukup banyak. Situs-situs yang diberi nama Joescartoon.com, joecartoon.com, joecartoons.com serta cartoonjoe.com dan beragam variasi domain yang mirip itu didaftarkan pada November 1999.

Cara John Zuccarini menarik perhatian dari remaja dan anak-anak agar bisa masuk ke situs pornonya adalah dengan menggunakan nama-nama domain yang populer di kalangan remaja dan anak-anak, seperti Bob the Builder, Britney Spears, Nsync, Disneyland, dan Teletubbies. Kurang lebih ada 3000 domain yang dipalsukannya atau dibuat mirip. Contohnya, ia mendaftarkan nama domain www.dinseyland.com, jadi bila seorang anak mengakses situs-situs palsu tersebut, mereka akan menuju situs yang menayangkan gambar-gambar porno, dan iklan-iklan pop up porno pun segera bermunculan. Zuccarini berdagang The Country Walk, JZDesign, RaveClub Berlin, dan lebih dari 22 nama yang menggunakan kata “Cupcake”, termasuk Cupcake Party, Cupcake-Party, Cupcake Parties, Cupcake Patrol, Cupcake Incident, dan Cupcake Messenger.

Tentu saja banyak anak di bawah umur yang terjebak oleh ulah Paman John ini. Akhirnya ia ditangkap pihak berwajib Amerika Serikat pada hari Rabu tanggal 3 September 2002 di sebuah hotel di Florida, dan sudah berada di penjara kepolisian Manhattan.
Berdasarkan undang-undang Truth in Domain Names Act, tindakan Zuccarini digolongkan sebagai kejahatan karena memikat anak-anak ke dalam pornografi internet. Zuccarini bisa dijatuhi hukuman penjara hingga empat tahun dan denda sebesar 250.000 dolar AS. Undang-undang yang telah dilanggar oleh John Zuccarini adalah sebagai berikut:

- Online Child Pornography, Child Luring, and Related Activities
- 18 U.S.C. § 2251 et seq. (sexual exploitation and other abuse of children)
- 18 U.S.C. § 2421 et seq. (transportation for illegal sexual activity)
- 15 U.S.C. § 1125(d) (the “Act”). Anticybersquatting Consumer Protection Act
- 28 U.S.C. § 1331. This court has jurisdiction by virtue of 28 U.S.C. §§ 41 dan 1291
- 15 U.S.C. § 1117(a)
- 477 U.S. 317, 323 (1986) (quoting Rule 56(c), Federal Rules of Civil Procedure (Celotex Corp. v. Catrett)
- 166 F.3d 65, 74 (2d Cir. 1999). Nihon Keizai Shimbun, Inc. v. Comline Business Data, Inc
- 15 U.S.C. § 1117(a), plenary. Securacomm Consulting, Inc.v.Securacom, Inc., 224F.3d 273, 279 (3d Cir. 2000).
- 15 U.S.C. § 1117(d) (Supps. 2000), The district court in its discretion id. at § 1117(a). attorneys’ fees in “exceptional”.
- 15 U.S.C. § 1117(a) and (d), award attorneys’ fees and statutory
- 15 U.S.C. § 1125(d) (Supp. 2000)
- 15 U.S.C. § 1125(d)(1)(A) cf. Sporty’s Farm L.L.C. v. Sportsman’s Market Inc., 202 F.3d 489, 497-499 (2d Cir. 2000). (3)
- 15 U.S.C. § 1125(c)(1).S. REP. NO. 106-140 (1999), 1999 WL 594571, at*15 (emphasis added).
- 15 U.S.C. § 1117(a). In trademark infringement cases


3.      Chavet Versus Publik Amerika Serikat

Itu tadi contoh-contoh kasus yang sudah berlangsung lumayan lama. Sesungguhnya Cybercrime Law milik Paman Sam sudah menjerat cukup banyak hacker hitam di negara tersebut. Tahun 2005 lalu saja tercatat ada puluhan pelaku cybercrime yang diringkus. Salah satunya adalah mantan karyawan perusahaan search engine Alta Vista.


Peristiwanya sudah cukup lama berselang, Juni 2002. Namun aksi yang dilakukan oleh Laurent Chavet ini baru diputuskan oleh Pengadilan Negeri California pada 2005 kemarin. Chavet didakwa bersalah karena menyusup ke dalam sistem jaringan komputer Alta Vista dan menimbulkan kerusakan di dalamnya. Lelaki berusia 30 tahun asal Kirkland ini telah menggunakan password dan username karyawan Alta Vista untuk mengakses jaringan komputer tempat ia pernah bekerja itu dari rumahnya di Mateo, California. Sejumlah data penting Alta Vista telah dihapus dan dirusak oleh Chavet tanpa sepengetahuan karyawan lain.

Chavet resmi didakwa bersalah pada 2 Juli 2004. Ia dikenai pasal yang mengatur ikhwal pelarangan mengakses tanpa izin ke sistem komputer yang dilindungi, yakni pasal 18 U.S.C. ayat 1030(a)(4). Jerat lain adalah pada pasal yang sama ayat 1030(a)(5) tentang mengakibatkan kerusakan pada sistem komputer yang dilindungi.

Putusan hukuman dilakukan pada 19 Agustus 2005 oleh Hakim Susan Illston dari San Fransisco. Chavet dikenai hukuman penjara lima tahun dan denda sebesar 250.000 dolar Amerika.
Tertangkapnya Chavet adalah hasil investigasi bersama antara pihak Computer Hacking and Intellectual Property (CHIP) Unit of the United States Attorney’s Office dan Federal Bureau of Investigation (FBI).


4.      Anthony S. Clark versus Publik Amerika Serikat

Kasus paling gres yang baru saja diputus hakim Amerika Serikat adalah pembuat program worm Anthony Scott Clark. Pemuda asal Oregon ini masih berumur 21 tahun waktu didakwa oleh penuntut umum Kevin V. Ryan pada Desember 2005 lalu. Penyebabnya terkesan simpel, tetapi fatal akibatnya. Clark sepertinya iseng menyerang situs belanja online eBay dengan worm buatannya. Akibat ulahnya itu Clark berhasil menginfeksi begitu banyak komputer yang mengunjungi eBay pada bulan Juli dan Agustus 2003.

Selama periode itu Clark menyebarkan kerusakan berupa Distributed Denial of Services (DDOS) pada situs eBay. Serangan DdoS merupakan salah satu jenis serangan yang menyebabkan terjadinya penolakan terhadap perintah user. Target dari aksi ini adalah sistemnya.

Selama kurun waktu itu pula Clark telah menghasilkan sekitar 20.000 bots yang dihasilkan program worm-nya. Bots ini masuk melalui celah kelemahan yang terdapat pada Windows Operating System – “Remote Procedure Call for Distributed Component Object Model,” alias RPC-DCOM. Bot ini beraksi melalui server Internet Relay Chat (IRC). Begitu user terkoneksi, melakukan log, lalu Clark tinggal menginstruksi agar bot melakukan serangan DdoS pada komputer yang terhubung ke internet. Secara personal Clarks memerintahkan agar bot-bot itu merilis serangan DdoS pada server bernama eBay.com. Maka bukan hanya komputer yang terhubung dengan IRC saja yang terinfeksi, melainkan juga situs eBay.
Atas tindakannya ini Clark dijerat pasal 18 U.S.C. § 1030(a)(5)(A)(i), (a)(5)(B)(i), (c)(4)(A) dan 2, dengan tuntutan penjara maksimum 10 tahun dan denda 250.000 dolar Amerika Serikat. Pada 3 April 2006 akan dijadwalkan ketokan palu terakhir oleh Hakim James Ware.


5.      Pencipta Spyware Loverspy versus Publik Amerika Serikat

Salah satu ancaman yang tidak kalah bahaya dari worm dan virus adalah spyware. Penyebaran spyware juga menjadi tindakan mengganggu yang tergolong dalam aksi cybercrime. Adalah Carlos Enrique Perez Melara, pencipta sekaligus penyebar program spyware yang diberi nama Loverspy. Seperti halnya spyware, Loverspy mampu menyusupi sistem jaringan komputer untuk kemudian menyerap semua informasi yang ada di dalamnya, sesuai dengan kata “spy” alias mata-mata yang terkandung di dalamnya.


Spyware bersembunyi di balik sebuah peranti lunak bernama Loverspy yang dibuat dan dipasarkan oleh Perez. Para pembeli yang membayar sejumlah 89 dolar AS melalui situs akan terhubung langsung ke komputer Perez di San Diego. Pembeli bisa mengakses area “member” untuk memilih menu yakni kartu ucapan elektronik. Kartu ini bisa dikirimkan ke lima alamat email yang berbeda. Member bisa memilih apakah ia mau mengirim dengan menggunakan alamat emailnya sendiri atau alamat palsu.
Sekali email berisi kartu ucapan ini dibuka oleh penerima, maka otomatis program Loverspy terinstal ke komputernya. Sejak itulah segala aktivitas yang dilakukan di komputer itu mulai dari mengirim dan menerima email, membuka situs bahkan juga password dan username yang diketikkan pemilik komputer akan terekam oleh Loverspy. Semua informasi pribadi ini terkirim ke komputer Perez dan pembeli Loverspy.
Lebih parah lagi, Loverspy memungkinkan pengirimnya untuk memerintah komputer korban, seperti menghapus pesan, mengubah akses, password dan banyak lagi. Bahkan juga mengakses kamera web yang terkoneksi dengan komputer sang korban.
Tidak main-main, ada lebih dari 1000 pembeli Loverspy di AS saja. Mereka ini menggunakan Loverspy untuk memata-matai para korban yang diperkirakan tak kurang dari 2000 user. Untung sejak Oktober 2003 aksi brutal ini dihentikan oleh aparat kepolisian Amerika Serikat.
Perez dijerat berbagai sanksi pelanggaran mulai dari menciptakan peranti yang melanggar hukum, mengirim program dalam bentuk kartu ucapan palsu, mengiklankan program terlarang itu, mengiklankan kegunaan buruk dari program itu, mengakses saluran pribadi orang lain, menyusup ke sistem komunikasi tanpa izin, dan mengakses data di komputer orang tanpa diketahui pemiliknya. Masing-masing pelanggaran itu dituntut hukuman penjara maksimum lima tahun dan denda 250.000 dolar AS per pelanggaran.
Selain Perez, ditahan pula empat orang pengguna Loverspy yaitu John J. Gannitto dari Laguna Beach, Kevin B. Powell dari Long Beach, Laura Selway dari Irvine, dan Cheryl Ann Young dari Ashland. Tidak separah Perez, mereka hanya dikenai sanksi terhadap pelanggaran melakukan akses terhadap komunikasi elektronik orang lain secara ilegal. Kasus Perez ini adalah pertama kalinya pembuat spyware ditangkap dan diajukan ke pengadilan. Yang menakjubkan, adalah seorang Perez dikenai bermacam sanksi seperti:
Count 1: Manufacturing a Surreptitious Interception Device 3 Title 18, United States Code, Section 2512(1)(b)
Count 2: Sending a Surreptitious Interception Device Title 18, United States Code, Section 2512(1)(a)
Count 3: Advertising a Surreptitious Interception Device Title 18, United States Code, Section 2512(1)(c)(i)
Count 4: Advertising a Surreptitious Interception Device Title 18, United States Code, Section 2512(1)(c)(ii)
Counts 5-14: Unlawfully Intercepting Electronic Communications Title 18, United States Code, Section 2511(1)(a)
Counts 15-24: Communications Title 18, United States Code, Section 2511(1)(c)
Counts 25-35: Unauthorized Access to Protected Computers for Financial Gain Title 18, United States Code, Section 1030 (a)(2)(C) and (c)(2)(B)(I)



6.      2.4 milyar poundsterling kerugian akibat kejahatan berteknologi canggih.



Pada tahun 2004, kegiatan bisnis di Inggris sempat mengalami kerugian sekitar 2.4 milyar poundsterling akibat kejahatan yang dilakukan secara elektronik, demikian menurut pengakuan Unit Nasional Kejahatan Teknologi Tinggi (The National Hi-Tech Crime Unit).
Unit ini telah mengklaim bahwa pada kongres kejahatan internet (E-Crime Congress) yang dilaksanakan di London pada 5 April 2005, yang menurut sebuah survei yang dilakukan oleh NOP, sekitar 89% dari sampel contoh yang terdiri dari 200 perusahaan mengatakan bahwa mereka sempat mengalami berbagai bentuk serangan kejahatan berteknologi tinggi sejak tahun 2004.
Menurut survei tersebut, dapat dilaporkan bahwa:
- 90% dari 200 perusahaan di Inggris pernah mengalami serangan penetrasi yang ilegal yang berusaha masuk ke sistem komputer perusahaan mereka.
- 89% merasa pernah dirugikan akibat data-data informasi penting mereka telah dicuri dan lolos keluar melalui jaringan internet
- 97% dari responden pernah mengalami serangan virus komputer yang telah merugikan mereka sekitar 71 poundsterling
- Sementara kerugian akibat penipuan/pemalsuan data finansial (financial fraud) telah merugikan mereka sekitar 9% yaitu sebesar 68 juta poundsterling.

Survei ini juga menemukan bahwa lebih dari seperempat jumlah perusahaan yang menjadi responden telah gagal dalam mengamankan jaringan data mereka saat dilakukan proses audit keamanan jaringan data.

Detektif Superintendent Mick Deats, deputi kepala dari Unit Nasional Kejahatan Teknologi Tinggi (The National Hi-Tech Crime Unit), pernah mengatakan bahwa, "sejak beberapa tahun yang telah lewat, mereka telah menyaksikan gejala peningkatan yang berkesinambungan dalam hal lingkup pelaku kejahatan internet (cyber criminals), namun kami telah dapat membangun sebuah strategi yang efektif untuk menanggulangi hal ini."

Trevor Pearce, direktur jendral Pasukan Nasional Pencegah Kejahatan (National Crime Squad), pernah mengungkapkan pada para delegasi yang menghadiri kongres ini bahwa "tiga puluh lima persen dari perusahaan-perusahaan yang disurvei di Inggris tidak mempunyai masalah dalam hal prosedur manajemen krisis, dimana dalam hal ini, kami tahu bahwa dari pengalaman panjang menangani jaringan offline dunia, sangat esensial untuk mengenali situasi dan gejala-gejala tindak pemerasan."
Dia mengkonfirmasi bahwa agen rahasia yang menangani masalah kejahatan serius dan terorganisir (SOCA _ Serious and Organised Crime Agency), telah merencanakan untuk bekerja sama dengan para pegawai pemerintah dalam hal pertanggungjawaban mereka untukmenangani masalah kejahatan berteknologi tinggi yang terorganisir baik lokal maupun internasional melalui unit ini, bila unit ini sudah benar-benar bekerja dengan baik.

Citibank Call Center Fraud mengungkap kurangnya perlindungan data finansial di India.
Pada sekitar bulan April 2005, beberapa perusahaan outsourcing di India mengaku takut diembargo oleh sistem perekonomian barat akibat adanya gejala kebangkitan kejahatan penipuan dan pemalsuan (fraud) melalui internet yang menyasar Citibank. Terdapat tiga mantan pegawai Mphasis, sebuah perusahaan outsourcing di Bangalore dan sembilan orang lainnya yang mengaku pernah berhasil mencuri lebih dari $ 350.000 dari berbagai nomor rekening Citibank yang ada di Citibank Newyork. Para pelaku kejahatan ini telah ditangkap oleh polisi Pune di India setelah mendapat laporan keluhan dari perusahaan rekanan Citibank, Nasscom sebagai salah satu group perusahaan industri bidang jasa TI yang telah menerapkan sebuah sistem pendataan seluruh karyawan secara nasional yang dikenal dengan istilah "Benteng India - Fortress India".
Kegiatan pendataan ini telah dilakukan sejak sebelum bulan Mei 2005 yang akan mendaftar kurang lebih 350.000 para pegawai yang bekerja di BPO India.

Pengamat sektor industri India, Krishnan Thiagarajan, yang pernah menulis di Grup Publikasi India "eWeek" pernah mengatakan bahwa saat pemerintah Amerika memprotes adanya kerugian akibat sistem outsourcing yang diterapkan (yang berefek terhadap rentannya sistem keamanan data finansial) di Amerika, pemerintah India justru masih belum menangani masalah pengamanan data dan privasi data finansial secara baik di India.
Kasus kejahatan penipuan/pemalsuan (fraud) yang pernah terjadi di India, mengungkap adanya indikasi kebocoran data finansial akibat adanya sistem outsourcing di BPO, katanya lagi, dan keluhan ini disampaikan pada Nasscom maupun pada pemerintah India untuk bertindak lebih serius dalam menangani pengamanan serta perlindungan data, maupun memberlakukan screen test bagi para calon karyawan yang akan bekerja di sektor industri perbankan (baik yang langsung maupun yang melalui outsourcing).


7.      Para pelanggan setia situs Ralph Lauren kebobolan

Para pelanggan setia adi busana rancangan Ralph Lauren yang menggunakan kartu kredit GM Mastercard di toko online Ralph Lauren pada tahun 2005 telah dihubungi oleh penyedia jasa kartu kredit mereka akibat situs Polo Ralph Lauren Group telah kebobolan kecurian sekitar 180.000 data informasi kartu kredit para pelanggannya. Kantor HSBC Amerika Utara telah menghubungi para pemilik kartu kredit tersebut untuk memperingatkan mereka adanya kemungkinan bahwa kartu kredit mereka telah dibobol maling saat mereka berbelanja di layanan situs penjualan pakaian kasual dari Amerika itu. Walau Polo Ralph Lauren tidak juga mengakui akan hal itu (berusaha menyangkal tentang kebenaran kabar itu), namun Wall Street Journal telah mengutip pernyataan dari orang dalam yang bekerja di perusahaan pakaian itu bahwa kasus kebobolan itu terjadi di salah satu layanan yang ada di Amerika.


8.      Polisi Estonia menangkap pencuri digital situs perbankan



Pada bulan April 2005, polisi Estonia telah berhasil menangkap seorang pemuda berusia 24 tahun yang didakwa telah mencuri dan membobol dana sebesar jutaan dollar dari rekening-rekening online bank-bank di seluruh Eropa dengan menggunakan virus yang dapat menghapus dirinya sendiri setelah pekerjaan haram itu dilakukan.
Modus operandi di pencuri adalah dengan menuliskan semacam pengumuman yang mengatasnamakan lembaga-lembaga pemerintah, bank-bank dan perusahaan-perusahaan investasi, yang dalam pengumuman yang dikirim online tersebut dicantumkan pula sebuah link yang secara sembunyi-sembunyi akan mengirimkan (mengupload) virus. Virus ini kemudian mentransmisikan setiap data pribadi, termasuk data rekening dan password internet banking yang dikirimkan kepada si pencuri yang menciptakan virus ini. Setelah pekerjaan mengirimkan informasi finansial ini selesai dilakukan, maka virus itu akan menghapus dirinya sendiri setelah sebelumnya mengosongkan isi seluruh rekening yang ada di rekening yang dibobolnya. Sang pencuri digital itu pun diganjar lima tahun penjara akibat ulahnya.


9.      Pembobol situs eBay diganjar enam tahun penjara

Sebuah pengadilan federal di Amerika pada tahun 2005 telah menjatuhkan hukuman penjara kepada seorang pemuda yang bernama Charles Stergio, 21 tahun dengan hukuman enam tahun penjara akibat ulahnya membobol, mencuri data finansial dan menipu (scamming) para pelanggan situs eBay, dimana akibat ulahnya itu sekitar 321 orang telah dirugikan, dengan total kerugian sekitar $421.000. Hakim akhirnya memutuskan untuk menolak pembebasan dengan jaminan akibat ulah Stergios yang melemparkan wadah berisi air (semacam galon air) ke ruang sidang akibat jaksa penuntut menyebutnya dengan sebutan "maling".




10.  Pharming mengalahkan Phising



Sebuah gejala baru dalam kejahatan internet telah ditemukan. Pharming adalah sebuah modus operandi baru dalam hal kejahatan internet scamming (pembobolan situs, pencurian data finansial dan penipuan terhadap para pemegang rekening data finansial tersebut). Pharming adalah suatu tindakan membajak dan mengarahkan para pengunjung sebuah situs layanan finansial ke sebuah halaman palsu yang berisi database aneka data finansial (seperti daftar password, nomor kartu kredit, dan data pribadi lainnya yang sangat rentan untuk disalahgunakan). Pharming sangatlah berbahaya. Walaupun seseorang mengetikkan suatu alamat situs dengan benar, namun ia akan dipaksa untuk diarahkan ke sebuah halaman palsu dengan tampilan situs menggunakan alamat situs yang asli. Jadi si pengunjung tidak akan pernah tahu bahwa situs yang sedang dikunjunginya adalah situs gadungan alias palsu.
Pakar perusahaan software keamanan dan software antivirus - Symantec, Oliver Friedrichs mengatakan bahwa ini sama sekali bukanlah karena adanya kesalahan ketik si pengguna internet (pengunjung situs) seperti halnya dalam kasus phising. Si pengunjung situs akan diarahkan ke sebuah situs palsu begitu ia selesai mengetikkan alamat url situs yang akan dikunjunginya (walaupun alamat URL itu diketik dengan benar).
Jika phising itu ibarat kegiatan memancing ikan, maka pharming ibarat menjaring ikan di lautan dengan menggunakan kapal pukat harimau, kata pria itu lagi.
"Pharming langsung memotong/menyela hubungan komunikasi internet si pengguna (pengunjung situs), dengan cara mengeksploitasi sistem nama domain di internet dan menterjemahkannya ke kode numerik saat internet routing," demikian penjelasan Oliver Friedrichs (Symantec).



11.  Kasus Pencurian data pribadi atau data finansial.

Menurut organisasi perlindungan konsumen di Inggris, "Which", kasus pencurian data pribadi telah menimbulkan beban kerugian yang cukup besar yang dalam hal ini dianggap sebagai biaya. Totalnya bahkan bisa mencapai hingga 1.3 milyar poundsterling tiap tahunnya dan ada kecenderungan laju peningkatan yang cukup tinggi. Masalah pencurian data pribadi seseorang yang seharusnya merupakan rahasia, seperti tanggal lahir, nomor jaminan sosial, dan data-data lain tampaknya menjadi isyu yang cukup serius, dan bisa dimanipulasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk mencuri data lebih detil tentang seseorang demi motif keuntungan atau penipuan. Misalnya saja dengan mengetahui tanggal lahir, dan nomor jaminan sosial (biasa terdapat di negara-negara maju seperti Inggris dan Amerika), seorang penipu atau pemburu data pribadi akan bisa memperoleh data lebih banyak lagi mengenai seseorang, misalnya ia akan dengan mudah bisa mengetahui nomor kartu kredit, nomor rekening bank, atau bahkan nomor telepon seseorang, hanya dari mengetahui nama, tanggal lahir, dan nomor jaminan sosialnya. Kalau sudah begitu, maka sangatlah berbahaya bagi seseorang yang sudah kebobolan atau kecurian data pribadinya, apalagi kalau sempat menyebar di internet.


Hal paling fatal yang bisa terjadi atau menimpa seorang korban, adalah kebobolan dana yang ia simpan di bank akibat ada orang lain (pencuri digital) yang telah membelanjakan dananya tanpa sepengetahuan si pemilik rekening atau si pemilik kartu kredit. Cara paling sederhana yang dapat dilakukan untuk mencegah kebobolan adalah secepatnya mengganti nomor pin atau menghubungi bank yang bersangkutan untuk memblokir dana pribadi, bila ada firasat atau bila merasa ada seseorang yang sedang mengincar dana yang Anda simpan di bank.

Seperti di California dan Texas (Amerika), pengguna jasa layanan bank bisa segera membekukan dananya setiap saat bila ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Pengaktifan kembali rekening bank atau kartu kredit bisa segera dilakukan setelah yang bersangkutan datang langsung ke bank untuk mengisi formulir penggantian nomor rekening dan kartu kredit.

0 komentar:

Posting Komentar